Rabu, 08 Januari 2014

JANJI SETIAMU ITU PENGHIANATAN

By : Irzal
Janji yang telah kita ucap di waktu lampau mungkin hanya sekedar pemanis hubungan
Harapan yang kau beri seolah-olah membuatku memiliki dirimu seutuhnya
Aku bangga memilikimu saat itu, hingga aku bangga busungkan dada untuk yang lain ketahui
Benar-benar baru pernah rasakan ketulusan, keiklasan, dan perhatian atau bahkan keterbukaan sosok wanita
Tapi maaf, anda Nampak kurang pantas untuk kusebut itu saat sekarang
Hanya aspartame sekejap yang kau hadirkan untuku . . . . .kecut, kelam,dan berbagai yang dirasa indra kalbuku

Tak nampak seperti bunga tidur yang aku terka-terka sebelumnya dan pula begitu yang aku sangka
Memang sudah jadi rencana atau niatan  . . . .kau hanya tanamkan janji yang terucap
Tak sempat ku terka, atau memang logikaku yang tak menjamah sejauh itu, Itu semua karna aku yakin ,memang yakin terhadapmu!!!
Umbaran janjimu tak seharusnya kau bisikan atau bahkan kau harus kenakan pengeras suara agar aku lebih yakin akan dirimu
Tak perlu memang . . . .itu tak perlu !!!!
Karena tanpa itupun aku sudah yakin yang benar-benar yakin

Setiap lorong gelap pasti akan ada bercak cahaya, entah itu bercak kemunafikan sekalipun
Dan memang benar akan itu semua . . . .kau buat seolah-olah memang sepenuhnya kesalahan dariku, tapi maaf sebelumnya . . . .anda nampaknya salah sekarang tidak selalunya benar untuk membenarkan
Kuperjuangkan buliran keringatku meski tidak secara materi tapi hati, akupun sadar akan keadaanku
Sekarang memang kau dapati daya itu, segenggam otoritas kau telah raih untuk lakukan itu terhadapku
Tapi sayang . . . .aku memegang teguh janjiku terhadapmu !!!!
Tak sekeji itu aku tikam ibu sendiri, namun tidak dirimu
Seakan-akan janji hanyalah perkataan yang kau ucap dan cukup dilupakan setelahnya

Tak ada banyak harapanku untuk mengemis, meski sadar aku memang kurang berada
Masih mampu diri ini untuk peras keringat demi dapatkanya tidak terkecuali darimu
Jujur memang dalam diri selalu terbesit untuk itu, dapatkan sesuatu meski hanya sehelai penutup raga
Akupun sadar bukan untukku itu,hanya sekedar bermimpi saja

Berawal dari bercak itulah kau temui jalan kemunafikan
Seraya kau bangga dengan “skakmat” darimu terhadapku
Salah besar . .. . .benar-benar salah besar
Hanya sekedar pengisi kekosongan statusmu mungkin anggapanku terhadapmu, namun tak ingin menuduh sejauh itu
Tapi sepertinya nyata bukan ? memang itu yang menjadi fakta !
Seolah kau anggap diri ini sebagai mainan yang habis batre tinggal pergi

Sakit benar-benar hingga cengkramanya menusuk begitu dalam aliran denyut hati
Terlebih kau buat sang bunda kucurkan air kekecewaan
Tersedu beliau terhadapku . . . .
Maaf bunda,salah diri ini termakan janji busuk sang berjilbab


Suatu saat kan kau rasakan sama
Dan satu hal yang terbukti, bahwa kebenaran akan selalu menang meski pada akhir
Percuma kau jalankan sebagai makhluk beragama, percuma kau kenakan penutup kepala . . . . .janjimu tak kau tepati
Dan satu hal, kau tak perlu lagi yakinkanku dengan sumpah serapahmu ! !

18 Juni 2013 02.56

Tidak ada komentar:

Posting Komentar